TOP

Generasi Emas dan Memilih Pendidikan Anak

Generasi Emas dan Memilih Pendidikan Anak Friday, 11 May 2012 12:59 Oleh Prof. Dr. Duski Samad, M.Ag - Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Kita semua telah memahami bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan mobilitas fisik dan nonfisik (termasuk kebudayaan dan peradaban) semakin tinggi. Mobilitas yang tinggi tersebut memunculkan dominasi peradaban tertentu, benturan antar peradaban atau terbentuknya konvergensi peradaban. Dalam kaitan dengan inilah, peran dunia pendidikan menjadi penting dalam membangun peradaban bangsa yang didasarkan atas jati diri dan karakter bangsa. Tema Hari Pendidikan Nasional Tahun 2012 ini adalah Bangkitnya Generasi Emas Indonesia. Tema ini sejalan dengan hakikat pendidikan yang telah ditekankan oleh Bapak Pendidikan Nasional kita, yaitu Ki Hajar Dewantoro, yang pada hari ini kita peringati hari kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional. Hadirin sekalian yang berbahagia, Kita semua harus bersyukur bahwa pada periode tahun 2010 sampai 2035, bangsa kita dikarunai oleh Tuhan Yang Maha Kuasa potensi sumber daya manusia berupa populasi usia produktif yang jumlahnya luar biasa. Jika kesempatan emas yang baru pertama kalinya terjadi sejak Indonesia merdeka tersebut dapat kita kelola dan manfaatkan dengan baik, populasi usia produktif yang jumlahnya luar biasa tersebut insya Allah akan menjadi bonus demografi (demographic dividend) yang sangat berharga . Di sinilah peran strategis pembangunan bidang pendidikan untuk mewujudkan hal itu menjadi sangat penting. Akan tetapi, sebaliknya, bukan mustahil kesempatan emas tersebut menjadi bencana demografi (demographic disaster) bila kita tidak dapat mengelolanya dengan baik. Sudah tentu hal ini tidak kita inginkan. Pada periode tahun 2010 sampai tahun 2035 kita harus melakukan investasi besar-besaran dalam bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM) sebagai upaya menyiapkan generasi 2045, yaitu 100 tahun Indonesia merdeka. Oleh karena itu, kita harus menyiapkan akses seluas-luasnya kepada seluruh anak bangsa untuk memasuki dunia pendidikan; mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai ke perguruan tinggi. Tentu perluasan akses tersebut harus diikuti dengan peningkatan kualitas pendidikan, sekalipun kita semua memahami bahwa pendidikan itu adalah sistem rekayasa sosial terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan, keharkatan dan kemartabatan. Hadirin sekalian yang berbahagia, Untuk mempersiapkan generasi emas tersebut, telah disiapkan kebijakan yang sistematis, yang memungkinkan terjadinya mobilitas vertikal secara masif. Untuk itu, mulai tahun 2011 telah dilakukan gerakan pendidikan anak usia dini, penuntasan dan peningkatan kualitas pendidikan dasar, penyiapan pendidikan menengah universal (PMU) yang insya Allah akan dimulai tahun 2013. Di samping itu, perluasan akses ke perguruan tinggi juga disiapkan melalui pendirian perguruan tinggi negeri di daerah perbatasan dan memberikan akses secara khusus kepada masyarakat yang memiliki keterbatasan kemampuan ekonomi, tetapi berkemampuan akademik. Akhirnya, kami mengucapkan selamat memperingati Hari Pendidikan Nasional kepada semua pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, penggiat dan pecinta dunia pendidikan di seluruh tanah air. Semoga apa yang kita tanam dan semai dalam dunia pendidikan selama ini, menjadi bagian dari amal kebajikan. Kita semua ingat ungkapan bijak, ”Semai dan tanamlah biji dari tumbuhan yang kamu miliki meskipun kamu tahu esok akan mati.” dan “Siapa yang menanam, dia yang akan memetik”. Marilah kita berlomba-lomba menanam kebaikan. Insya Allah kita dan anak cucu kita akan memperoleh kebaikan itu.[1] Pencanangan generasi emas bangsa Indonesia pada peringatan hari pendidikan tahun ini adalah sebuah optimisme yang cukup beralasan bila dicermati dengan program yang sudah diluncurkan sebagaimana dijelaskan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Nasional itu. Namun bersamaan dengan itu siapapun tidak mungkin menutup mata dan telinga terhadap berbagai masalah dan hambatan yang membelenggu dunia pendidikan di tanah air. Anggaran pendidikan yang cukup besar dan kebijakan budget terhadap pendidikan yang memberikan perhatian terhadap pendidik, anak didik dan sarana belajar seringkali dikritik oleh pemerhati pendidikan karena belum lagi mampu mempercepat peningkatan kualitas pendidikan. Belum lagi, meningkatnya kasus kemerosotan moral dan etika anak didik dan pendidik (kasuistik) juga telah menampar wajah pendidikan itu sendiri. Beragam problema dalam dunia pendidikan sebenarnya hal yang wajar, karena pendidikan itu melibatkan banyak komponen dan terkait dengan manusia yang terus berkembang sesuai tuntutan zaman. Tidak jarang terjadi perubahan kebijakan dan program pendidikan kalah cepat dengan perubahan kemajuan pengetahuan dan peradaban. MEMILIH PENDIDIKAN ANAK KITA Setelah berakhir ujian nasional (UN) pada tingkat SMA/MA dan SMP/MTs minggu terakhir bulan April 2012 ini, selanjutnya orang tua tengah bersiap-siap menentukan pilihan sekolah dan perguruan tinggi lanjutan pendidikan anak mereka. Menentukan sekolah atau perguruan tinggi yang akan ditempuh anak memang tidak mudah pula. Banyak pertimbangan yang harus dipikirkan. Pertimbangan keinginan, bakat dan minat anak, masa depan pendidikan yang akan dilewatinya serta kemampuan keuangan orang adalah hal yang harus dipikirkan secara matang. Mendorong anak agar mempersiapkan diri untuk menenpuh ujian saringan sekolah atau perguruan tinggi adalah sisi lain yang juga diupayakan orang hari-hari menunggu tanda kelulusan keluar nantinya. Pada umumnya orang tua yang berkemampuan lebih begitu antusias dan bersemangat membicarakan pendidikan anak-anak mereka. Memilihkan sekolah atau perguruan tinggi favorit untuk anak orang-orang berekonomi kuat biasanya lebih didominasi oleh keinginan orang tuanya, kurang sekali yang memperhatikan kemampuan anaknya sendiri. Sekolah dan perguruan tinggi yang bergengsi dan berkelas nasional atau internasional yang menjadi incaran bagi kaum berpunya, telah dengan cerdas pula menyediakan peluang melalui jalur penerimaan mandiri, swadana dan program lain yang umumnya lebih diukur dengan seberapa kuat orang tua siswa atau mahasiswa memberikan sumbangan. Sedangkan mereka yang kurang beruntung hidupnya (miskin), seringkali anak-anak mereka tidak dapat menjangkau pendidikan yang lebih baik, bahkan banyak patah sebelum tumbuh. Pertimbangan yang mendasari pemilihan lembaga pendidikan mestinya bukan alasan uang, gengsi, nama besar atau alasan-alasan pragmatis lainnya, hendaknya lebih diperhatikan bakat dan kompotensi dasar yang dimiliki oleh sang anak. Lebih dari itu, orang tua juga dituntut agar memilihkan pendidikan anak-anaknya tidak hanya memikirkan masa depan jangka pendek saja, tetapi harusnya memperhatikan dengan seksama lembaga pendidikan dan lingkungan pendidikan yang dapat menyediakan masa depan jangka panjang yang cerah dan bermartabat. Masa depan jangka panjang dimaksudkan adalah lembaga pendidikan yang dapat menyiapkan anak didik bukan saja sukses kehidupan duniawinya, tetapi juga kehidupan ukhurawinya. Salah satu referensi yang tidak boleh diabaikan dalam menentukan pilihan terhadap pendidikan anak-anak kita adalah meneladani pendidikan yang dilakukan oleh tokoh pendidikan yang dimuat dalam al- qur’an. ….Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya.’Wahai anakku janganlah engkau mempersekutukan Allah SWT ,sesungguhnya mempersekutukan Allah SWT itu adalah benar-benar kezaliman yang sangat besar.( Q.S. Lukman ayat 13).Wahai anakku, Laksanakan salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari hal yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya hal yang demikian itu adalah perkara yang penting.(Q.S. Lukman ayat 17) Ayat menjelaskan tentang peran orang tua bagi perkembangan pendidikan anak karena dari rumah dan orang tualah anak pertama kali mengenal pendidikan dan penanaman rasa agama. Oleh sebab itu orang tua harus benar dapat memberi dan menanamkan rasa agama dan pendidikan dengan baik. Karena dengan itu akan berdampak positif pada psikologi agama dan psikologi perkembangan seorang anak. Lebih dari pada ayat 13 dan 17 diterangkan secara eksplisit bahwa Lukman telah memberi pendidikan pada anaknya untuk sejak dini menunaikan sholat, menyakini tentang Allah SWT sebagai Tuhan satu-satunya yang pantas disembah dan tak ada Tuhan yang patut disembah selain Allah SWT dan janganlah sekali-kali menyukutukan Allah SWT dengan yang lain karena hal itu dinamakan dengan syirik dan syirik merupakan dosa besar yang tidak diampuni oleh Allah SWT. Luqman juga mendidik anaknya untuk menegakkan Amar ma’ruf nahi mungkar dimana amar makruf yang diartikan menegakkan yang benar dan membenarkan suatu hal yang salah. Karakter semacam ini dapat dilakukan dengan mengajak manusia untuk selalu berbuat baik dan menasehatinya atau mengingatkan dia untuk meninggalkan hal tersebut. Akhirnya, dapat dikatakan bahwa pendidikan sebagai proses memanusiakan manusia mestinya tidak boleh alpa memberikan pendidikan dan pengalaman keberagamaan sejak dini. Institusi dan pelaksana pendidikan yang meremehkan pendidikan dan pengalaman keagamaan diyakini akan sulit mewujudkan generasi emas yang sesungguhnya. Generasi emas yang dimaksudkan adalah generasi yang tidak saja cerdas, kompeten, memiliki skill kompetetif, tetapi yang lebih penting lagi adalah memiliki karakter keislaman dan kebangsaan. Selamat Hari Pendidikan Nasional, 2012. Dengan Tema:” Bangkitnya Generasi Emas Indonesia” Civitas Akademika Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang. Melahirkan Pendidik yang Berkarakter, Profesional, Kompetitif dan Bermartabat. (Sumber dari: http://tarbiyahiainib.ac.id/dekan/artikel/226-refleksi-hari-pendidikan-nasional)

0 komentar:

Posting Komentar

KABAR PILIHAN